Kamis, 01 Januari 2009

TIDAK PERLU MAHAL LAGI DALAM MENGOBATI

Di Klinik Lelaki ,Anda tidak perlu mengeluarkan biaya mahal dalam pengobatan . Cukup Rp.50.000,- untuk biaya pertama konsultasi dan treatment , selanjutnya biaya obat dari Rp.150.000 - untuk 10 x treatment . Buktikan ,jika anda tidak percaya !!!! Sudah lebih dari 1000 orang dari tahun 1993 telah merasakan manfaat dan keringanan biaya diklinik kami.

Faktor-Faktor Pendukung Proses Ereksi

Faktor-Faktor Pendukung Proses Ereksi

Organ-organ seks yang bekerja pada mekanisme terjadinya ereksi adalah organ utama untuk proses terjadinya ereksi. Bila organ-organ tersebut rusak, ereksi penis tidak akan terjadi. 

Untuk mendapatkan ereksi yang normal dibutuhkan berbagai faktor pendukung. Tanpa faktor pendukung yang normal dan sesuai, ereksi yang keras tidak akan tercapai. Faktor-faktor yang mendukung tercapainya ereksi seperti berikut:

1. Faktor psikogen,
2. Faktor kesehatan fisik, dan
3. Faktor situasional.

Ketiga faktor di atas menentukan kemampuan mencapai ereksi yang normal. Walaupun stimulasi seks tinggi atau banyak, tetapi bila kondisi jiwa tidak tenang dan kondisi fisik tidak normal maka ereksi yang keras sulit dicapai. 

Banyak orang jadi bingung karena ereksi tidak keras walaupun sudah bercumbu lama dan sangat gairah pada pasangan. Penyebabnya adalah karena faktor-faktor di atas tidak mendukung terjadinya proses ereksi yang keras.

Pada orang muda kondisi jiwa lebih berperan. Walaupun fisik lelah tapi bila hasrat besar, ereksi yang keras akan dicapai. Penyebabnya ialah karena badan masih kuat dan sehat. Kelelahan tidak jadi masalah asalkan gairah tinggi. Tetapi bila jiwa dalam keadaan goyang misalnya takut tertular penyakit, takut pasangan hamil atau kurang suka pada pasangan, mada proses ereksi akan menjadi susah.

Sebaliknya pada usia tua, keduanya sama penting yakni jiwa harus tenang dan suka kepada pasangan. Keadaan fisik harus normal dan segar. Jika fisik sedikit lelah proses ereksi tidak bisa keras. Kadang-kadang pasien tidak menyadari kondisi fisik yang lelah. Terutama orang yang sudah cukup berumur misalnya 60 tahunan dan biasa kerja keras atau suka kerja keras. Justru kalau kerja keras perasaannya senang lalu mencoba koitus tetapi ereksi tidak bisa keras. Timbul pertanyaan dalam pikiran, perasaannya tenang dan badan sehat, kenapa tidak bisa ereksi. 

Tidak sadar bahwa fisik lelah karena melakukan kerja keras. Ia lupa atau tidak menyadari kelelahannya sehingga ereksi tidak bisa keras. Akibatnya pikiran jadi bingung kenapa tidak bisa ereksi padahal semua kondisi tubuh normal. Baru seminggu sebelumnya melakukan koitus dengan ereksi yang normal. Bila pikiran bingung dan perasaan khawatir maka ereksi akan makin sulit dan akhirnya akan terjadi disfungsi ereksi. 

Tetapi bila perasaan tenang dan yakin akan normal lagi, maka proses ereksi akan kembali normal. Dalam keadaan demikianlah dokter perlu teliti memeriksa semua kondisi dan aktivitas pasien sehingga penyebab ketidakmampuan ereksi bisa ditetapkan dengan tepat.

Jadi, sebagian besar kemampuan ereksi ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu faktor psikogen dan faktor kesehatan fisik, sedangkan pengaruh faktor situasional lebih sedikit. Kadang-kadang ketiga faktor ini pun campur-baur sehingga agak sulit menentukan faktor mana yang lebih dominan. Untuk itulah dalam pemeriksaan, ketiga faktor ini harus diteliti dengan jelas.
 

Mekanisme Terjadinya Ereksi (Tumescensi)

Mekanisme Terjadinya Ereksi (Tumescensi) 

Meskipun ereksi penis tampaknya terjadi dengan cepat, hal itu merupakan proses yang rumit dan membutuhkan kerja sama banyak sistem di dalam tubuh. Proses itu mulai dan otak, sistem syaraf, pembuluh darah sampai hormon turut dilibatkan dalam fungsi tubuh yang spesifik ini.

Pada saat istirahat (tanpa aktivitas seksual), pembuluh-pembuluh darah arteri di daerah Corpora Cavernosa, serta otot-otot polos di trabekel yakni sekitar sinusoid akan mengalami kontraksi (penciutan) sehingga darah yang masuk ke penis sangat sedikit. Rongga-rongga sinusoid di Corpora Cavernosa hanya terisi sedikit darah sehingga penis dalam keadaan lembek..
 
Ketika tubuh menerima rangsangan seksual baik melalui penglihatan, perabaan, penciuman, fantasi (khayalan) dan sebagainya, maka penerima stimulasi seksual akan segera bereaksi dan mengirim pesan kepada sistem syaraf yang dilanjutkan ke hipotalamus kemudian turun ke bawah melalui wedulla spinalis atau sumsum tulang belakang. 

Selanjutnya melewati nucleus atau inti-inti syaraf otonom di S2-4 (vertebra sacralis) diteruskan ke jaringan-jaringan erektil di Corpora Cavernosa. Di dalam jaringan erectil ini, dihasilkan bermacam-macam neurotransmitter (penghantar impuls syaraf). 

Salah satu yang amat berperan untuk membuat penis ereksi ialah NO (nitrogen oksida). NO dihasilkan dari oksigen dan L-Arginin di bawah kontrol sintase nitrik oksida. Sesudah terbentuk, NO dilepaskan dari neuron dan endotel sinusoid di Corpora Cavernosa. NO menembus sel otot polos yang mengaktifkan enzim yang disebut guanilyl cyclase. Guanilyl cyclase selanjutnya mengubah guanosin triphosphat (GTP) menjadi siklik guanosin Monophosphat (cGMP). Melalui beberapa proses kimiawi, cGMP membuat otot-otot polos dalam Corpora Cavernosa di dalam trabekel-trabekel dan di dalam arteriol-arteriol mengalami relaksasi sehingga seluruh pembuluh darah di Corpora Cavernosa serta sinusoid akan mengalami pelebaran atau pembesaran.

Selanjutnya rongga-rongga (sinusoid) penuh dengan darah sehingga penis mulai membesar. Rongga-rongga yang terisi itu kemudian menekan pembuluh darah balik (vena) di dekatnya sehingga darah tidak bisa ke luar dari Corpora Cavernosa dan darah terperangkap di Corpora Cavernosa dan penis tambah besar sampai keras. Selama proses itu terjadi, impuls seksual terus timbul di dalam otak dan terjadi relaksasi otot-otot polos di dinding pembuluh darah dan trabekel-trabekel sehingga terjadi dilatasi (pelebaran) pembuluh darah serta pembesaran sinusoid maka penis akan terus mengeras.


Detumescensi (Menurunkan Ereksi)

Untuk menjaga supaya ereksi tidak terjadi terus-menerus, maka cGMP harus dikurangi sehingga tidak terjadi relaksasi otot-otot polos terus menerus. Di dalam sel otot polos di dalam Corpora Cavernosa ada mekanisme tersendiri, yakni adanya 5 yang mengubah cGMP menjadi 5 guanosine wonophospbat (SGMP), sehingga jumlah cGMP berkurang. 

Bila cGMP tinggal sedikit maka relaksasi otot polos akan hilang kemudian mengkerut (kontraksi) sehingga penis menjadi kecil atau kembali ke fase istirahat. Kemudian bila ada stimulasi seks, NO akan dibentuk lagi dan akhirnya cGMP akan meningkat dan otot polos akan mengalami relaksasi dan penis ereksi lagi. 

Selama tidak ada stimulasi seks, penis akan tetap istirahat. NO tidak diproduksi sehingga cGMP tidak terbentuk dan penis akan tetap lembek. Demikian mekanisme ereksi, istirahat, ereksi dan istirahat dari penis manusia. (NL Tobing)
 

PENGERTIAN DISFUNGSI EREKSI

PENGERTIAN DISFUNGSI EREKSI

Berbagai definisi disfungsi ereksi dikemukakan oleh berbagai ahli. Salah satu yang paling banyak dipakai ialah yang diajukan oleh World Health Organization (WHO). Menurut WHO disfungsi ereksi adalah keadaan di mana ereksi tidak bisa dicapai atau dipertahanlcan sampai koitus selesai selama 3 bulan. Definisi versi WHO itu tidak menjelaskan apakkah gangguan ereksi dialami oleh seseorang terus-menerus atau kadang-kadang. 

Dalam praktik klinis, definisi ini kurang tepat. Pasien mengeluh ereksi yang lemah dalam berbagai situasi. Ada pasien yang mengeluh ereksi tidak keras saat bercumbu dengan pacar dan tidak ada rencana melakukan koitus, dan yang lain mengeluh saat melakukan masturbasi. 

Keluhan yang terbanyak ialah ereksi tidak cukup keras saat koitus. Jadi, sebenarnya tidak hanya saat melakukan koitus. Berarti definisi yang paling tepat dalam kehidupan sehari-hari atau dalam praktik klinis ialah keadaan di mana penis tidak bisa mencapai ereksi yang cukup keras pada saat melakukan aktivitas seksual, sendiri atau bersama pasangan.

 
Secara normal ereksi akan terjadi pada kejadian atau aktivitas seksual seperti di bawah ini :

Saat melakukan kontak seksual, bercumbu dengan pasangan misalnya berciuman, berpelukan dan terutama bila penis dirangsang oleh pasangan seharusnya penis akan ereksi cukup keras dan cukup cepat,

Sesudah penis ereksi pada saat bercumbu, suami akan melakukan penetrasi ke vagina. Ereksi penis berlangsung terus sampai berhasil menembus vagina, dan 

Sesudah penetrasi, penis ditarik dan didorong di dalam vagina berulang-ulang. Selama itu, diharapkan penis akan tetap ereksi sampai ejakulasi. Sesudah ejakulasi, barulah ereksi menurun secara perlahan-lahan.

Bila penis sering gagal mencapai ereksi dalam ketiga tahap di atas dalam jangka waktu tertentu berarti telah terjadi disfungsi ereksi. Menut WHO, jika kegagalan terjadi selama 3 bulan barulah disebut disfungsi ereksi. Untuk kepentingan klinis, definisi ini kurang tepat karena terlalu lama yakni memerlukan 3 bulan penis tidak bisa ereksi baru termasuk disfungsi ereksi. 

 

Banyak pasangan yang normal melakukan hubungan seks 2 sampai 3 kali seminggu. Berarti dalam 1 bulan, biasanya melakukan koitus 8 sampai 12 kali dalam keadaan normal. Jadi, dalam 3 bulan sekitar 30 sampai 40 kali kegagalan ereksi barulah dikategorikan disfungsi ereksi. Keadaan ini terlalu lama. Pada umumnya, fungsi tubuh yang tidak normal selama 1 bulan, seharusnya dianggap telah terjadi suatu gangguan. 

 

Jadi definisi disfungsi ereksi yang terbaik adalah keadaan di mana ereksi tidak bisa dicapai atau dipertahankan pada saat melakukan aktivitas seksual sendiri atau bersama pasangan selama 1 bulan. Dengan demikian, di harapkan setiap orang yang mengalami kegagalan mendapatkan dan mempertahankan ereksi selama 1 bulan seharusnya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pertolongan.

 

Disfungsi Ereksi Berat


Disfungsi Ereksi Berat
Selain disfungsi ereksi ringan, terdapat pula jenis yang tegolong disfungsi ereksi menengah dan disfungsi ereksi berat. Berat ringannya disfungsi ereksi tergantung pada penilaian dari dokter atau terapis yang menangani pasien. 

Sebagian pasien merasa disfungsi ereksi yang diderita sangat berat, meski menurut ilmu patologi disfungsi ereksi masih ringan. Misalnya disfungsi ereksi yang dialami pengantin baru. Lebih dari 3 bulan tidak mampu melakukan koitus karena proses ereksi yang tidak normal. Sebagai pengantin baru suami sangat mengharapkan koitus pertama dengan ereksi yang sempurna sehingga vagina bisa ditembus. 

Bila ereksi tidak keras dan gagal beberapa kali, maka perasaannya sangat terpukul, dan istri merasa sangat kecewa. Oleh karena itu gangguan ereksi dirasakan termasuk berat. Sebenarnya bila gangguan ereksi baru berlangsung sejak permulaan perkawinan misalnya bulan tetapi sebelum pernikahan ereksi masih normal, maka keadaan ini termasuk dalam kondisi disfungsi ereksi yang sedang atau ringan. Lagi pula pada orang muda gangguan fisik kemungkinan jarang atau sangat ringan.

Sebagian besar kondisi disfungsi ereksi yang termasuk berat ialah bila telah berlangsung 6 bulan atau lebih pada keadaan-keadaan sebagai berikut:

Ereksi tidak bisa dicapai pada saat bercumbu sehingga penetrasi tidak bisa dilakukan. Kadang-kadang penetrasi bisa dipaksakan dengan harapan ereksi bisa terjadi di dalam vagina tetapi tetap gagal. Bila keadaan ini berlangsung terus dalam 6 bulan atau lebih maka disfungsi ereksi yang demikian sudah cukup berat.

Di samping itu ereksi pada waktu subuh atau pagi hari juga tidak ada lagi. Biasanya waktu pagi atau subuh pria terbangun karena ereksi yang keras atau karena keinginan untuk buang air kecil. Pada saat itu, biasanya ereksi cukup keras. Bila dalam waktu 6 bulan ereksi pada waktu pagi tidak terjadi berarti keadaan disfungsi ereksi cukup berat.

Bila koitus selalu gagal, dan dicoba diatasi dengan menonton blue film sendirian sambil melakukan masturbasi, ternyata ereksi tidak terjadi. Yang didapat hanya penis sedikit membesar tap tidak pernah ereksi. Bila hal ini berlangsung selama 6 bulan terus menerus berarti ereksi sudah cukup berat.

Di samping gejala dan kondisi di atas, sering penis terlihat makin mengecil atau berkerut. Pada saat mandi, penis dipegang dan digosok tetapi penis tetap kecil. Keadaan ini lebih memberatkan perasaan penderita.

Kondisi di atas menunjukkan disfungsi ereksi yang cukup berat terutama bila sudah berlangsung selama 6 bulan atau lebih. Sebagian laki-laki akan membiarkan keadaan itu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Makin lama keadaan itu berlangsung berarti disfungsi ereksi makin berat.
 

Disfungsi ereksi lebih berat lagi bila ada penyakit penyerta yang kebetulan ada atau sebagai penyebab misalnya diabetes mellitus, hipertensi, kerusakan medulla spinalis (sumsum tulang punggung) dan lain-lain. 

 

Demikian juga konflik yang menimpa suami istri, terutama bila istri melakukan kontak seksual dengan pria lain. Keadaan seperti itu menyebabkan gangguan disfungsi ereksi lebih sulit disembuhkan sehingga masuk dalam klasifikasi berat.

Disfungsi Ereksi Penis Sedang Kondisi sedang (moderate) adalah kondisi antara ringan dan berat. Kondisi ini sangat bervariasi. Misalnya disfungsi e

Disfungsi Ereksi Penis Sedang

Kondisi sedang (moderate) adalah kondisi antara ringan dan berat. Kondisi ini sangat bervariasi. Misalnya disfungsi ereksi ringan ditambah dengan health behavior yang tidak sesuai untuk kesehatan seperti perokok berat, peminum alkohol atau pekerja keras (workaholic) yang sulit diubah. 

Kadang-kadang perilaku istri yang selalu menekan suami. Misalnya bila suami pulang agak terlambat, istri langsung marah atau curiga. Akibatnya suami jadi sering kesal. Walau keinginan antuk melakukan koitus dengan istri ada tetapi dengan sedikit rasa sesal ereksi sudah bisa menurun. Kadang-kadang libido menurun, keinginan seks hilang tetapi istri menuntut. Suami terpaksa mencoba tetapi karena libido kurang, ereksi lembek. 

Istri menjadi marah. Selanjutnya ereksi tidak bisa lagi. Keadaan seperti ini sering terjadi pada keadaan sifat suami istri yang tidak sesuai. Akibatnya ereksi akan terus terganggu sampai waktu yang lama dan akhirnya suami benar-benar menderita disfungsi ereksi.

Dengan cara mengisi questionaire di atas lalu menjumlahkan hasilnya maka dapat diambil kesimpulan tingkat berat-ringannya disfungsi ereksi sebagai berikut

 



 

Mungkin juga waktu tidur yang tidak sesuai misalnya istri membutuhkan waktu tidur yang cepat mulai pukul 9 malam, sedangkan suami selalu telat tidur karena menonton televisi, membaca koran, bermain komputer, menonton pertandingan bola di layar kaca. Suami masuk kamar tidur pukul 12 malam atau lebih lalu mendapatkan istri yang sudah tertidur nyenyak dan susah untuk dibangunkan. Perasaan suami jadi kesal. 

Sebaliknya istri sering menunggu suami masuk kamar tidur tetapi masih asyik nonton atau main internet. Walau istri mengajak atau memberi tanda supaya suami masuk ke kamar tidur tetapi suami tidak bergeming. Istri marah dalam hati tetapi biasanya tidak dikemukakan dengan terus terang. 

Akhirnya timbul pertengkaran yang berkepanjangan. Saat suami mengajak koitus, istri menolak karena kesal dan balas dendam. Keadaan seperti ini cukup sering menjadi penyebab disfungsi ereksi.

Demikian juga sebaliknya. Suami ingin koitus sekitar pukul 10 malam. suami lelah bekerja dan besok pagi harus bangun cepat. Suami memberi tanda supaya istri masuk kamar tidur untuk koitus. Tetapi istri masih asyik menonton. Keadaan seperti itu terjadi hampir tiap malam. 

Pada usia muda keadaan seperti itu tidak akan menyebabkan disfungsi ereksi. Tetapi pada usia lebih tua misalnya di atas 50 tahun, keadaan ini dapat mengganggu ereksi. Saat istri masuk kamar sekitar pukul 12 malam mereka mencoba melakukan koitus tetapi suami sudah mengantuk. Ereksi menjadi lemah sehingga istri marah. Suami juga marah karena tahu ereksinya lemah karena mengantuk dan tidak bergairah lagi. 

Suatu saat istri minta koitus tetapi suami masih kesal. Akhirnya ereksi akan lemah terus setiap melakukan koitus. Jadi, sebenarnya sebagian besar disfungsi ereksi itu pada mulanya ringan, tetapi sulit disembuhkan karena berbagai sifat-sifat atau kondisi yang menghalangi penyembuhan. Ketidak cocokan antara suami dan istri menyebabkan hubungan emosi mereka atau kesempatan untuk melakukan koitus menjadi terganggu. Yang paling sering terjadi ialah suami malu berobat dan membiarkan gangguan ereksi berlangsung lama.

Contoh-Contoh Disfungsi Ereksi Ringan

Contoh-Contoh Disfungsi Ereksi Ringan

Disfungsi ereksi yang ringan adalah Keadaan dimana ereksi penis sekali-sekali terganggu sehingga tidak mampu melakukan koitus sampai ejakulasi. Bila masih cukup sering berhasil, maka sebagian besar penderita tidak pergi ke dokter. Kadang-kadang menunggu sampai 3 bulan bahkan sampai 6 bulan, dan biasanya lama-kelamaan gangguan ereksi akan memburuk. Bila ereksi terganggu dan pasangan tidak puas, maka akhirnya tiap akan koitus, timbul perasaan khawatir apakah koitus akan berhasil. Kekhawatiran akan membuat kualitas ereksi makin memburuk.

Contoh-contoh difungsi ereksi yang ringan:

Ereksi bisa dicapai pada saat bercumbu sampai penetrasi, tetapi koitus tidak bisa selesai sampai ejakulasi karena ereksi yang berkurang atau penis menjadi lembek sebelum ejakulasi. Akhirnya penis ditarik dari vagina lalu istri merangsangnya kembali dan penis bisa keras lagi dan koitus diulang dan bisa selesai. Walau kadang gagal seperti di atas, tetapi sekali-sekali ereksi masih bisa bertahan sampai ejakulasi di dalam vagina. Ini berarti sekali-sekali mengalami gangguan ereksi tetapi bisa ditolong sendiri sampai berhasil.

Ereksi sering sulit dicapai pada saat bercumbu sehingga gagal melakukan penetrasi. Tetapi sekali-sekali koitus bisa dilakukan dengan ereksi yang cukup keras sampai ejakulasi sehingga suami dan istri merasa puas.

Orang yang berpacaran atau berkencan, ereksi dirasakan tidak cukup keras, tetapi pada saat masturbasi ereksi keras dan normal. Walaupun tidak ada rencana untuk melakukan koitus, tetapi kegagalan ereksi saat berkencan akan menyebabkan kekecewaan dan ketakutan bagi keduanya. Pria merasa malu kepada pasangannya. Jika pasangan itu sudah menikah maka istri sangat kecewa. Kadang-kadang wanita berkomentar negatif, "Kok tidak keras, kenapa bisa begitu? Apa tidak cinta lagi kepada saya?" Atau wajah istri cemberut sehingga suaminya merasa sedih dan kecewa. Selanjutnya kualitas ereksi bisa makin memburuk.

Kadang ereksi bisa dicapai dan koitus bisa berlangsung sampai ejakulasi dengan wanita lain tetapi dengan istri sering gagal. Sebagian ahli mengatakan ini tidak termasuk gangguan disfungsi ereksi. Menurut penulis, ini sudah temasuk disfungsi ereksi. Pegangan yang utama ialah dengan pasangan perkawinan. Bila seseorang gagal melakukan koitus karena ereksi yang tidak sempurna dengan istri sudah termasuk disfungsi ereksi. Sebaliknya bila dengan istri ereksi bisa dicapai dengan normal dan koitus bisa berlangsung dengan sempurna, tetapi dengan wanita lain tidak bisa mencapai ereksi secara normal. Ini pun menjadi masalah apakah termasuk gangguan disfungsi ereksi. Pegangan utama ialah ereksi penis bisa dicapai dengan cukup sehingga koitus bisa berlangsung dengan istri. Jadi, ini dimasukkan suatu disfungsi ereksi pada keadaan yang khusus.
 

Mengukur Tingkat Beratnya Disfungsi Ereksi Menggunakan Index IIEF

Mengukur Tingkat Beratnya Disfungsi Ereksi Menggunakan Index IIEF 

Ukuran berat ringan disfungsi ereksi banyak dipakai di klinik-klinik pengobatan. Sifatnya lebih kualitatif sehingga sulit dipakai untuk penelitian. Dalam penelitian dibutuhkan pengukuran yang lebih tepat. Untuk itu telah diciptakan suatu instrumen berupa questionaire sebagai pengukur. 

Dengan mengisi questionaire ini dokter atau pasien sendiri dapat mengetahui berat ringannya disfungsi ereksi yang dialami. Walaupun alat ini hanya mengukur performa ereksi dan bukan penyebabnya, tetapi bisa memberi informasi keadaannya. Dengan demikian dokter dan pasien mempunyai suatu tolok ukur yang sama untuk menentukan keadaan. 

Selanjutnya dokter dapat membuat rencana tindakan. Bila dengan pengukuran dapat diketahui bahwa tingkat beratnya disfungsi ereksi masih ringan atau sedang, maka pasien akan lebih gembira dan berpengharapan bahwa gangguan disfungsi ereksi yang dialami akan lebih mudah sembuh dan memerlukan waktu pengobatan yang lebih singkat. Bila kelihatan dari pengukuran bahwa keadaannya berat, diharapkan dokter maupun pasien akan lebih serius dalam pengobatan.

Instrumen ini disebut IIEF (International Index Of Erectile Function, Lq Rosen Raymond C., Riley Alan, Wagner Gorm et al 1997) atau biasa disingkat Index IIEF. Instrumen ini diciptakan oleh suatu committee dan karena sangat luas dan rumit kemudian disederhanakan sehingga lebih mudah dipakai sebagai berikut. 

Dari 15 pertanyaan pada index IIEF, kemudian akan diambil lima pertanyaan yang dianggap cukup mewakili semua pertanyaan, sehingga index ini disebut IIEF-5.

Penentuan berat ringannya disfungsi ereksi dengan cara di atas sangat membantu untuk tujuan penelitian. Penerapannya di klinik atau praktik agak sulit. Di klinik lebih dipentingkan sejarah atau perkembangan disfungsi ereksi dari permulaan sampai saat konsultasi. Di samping itu perlu juga diketahui penyakit-penyakit atau gangguan lain yang mungkin menjadi penyebab atau penyerta. 

Selanjutnya penting pula ditanyai bagaimana pola hidup penderita serta hubungan suami istri. Dengan cara demikian dokter atau terapis akan mengetahui lengkap tentang disfungsi ereksi yang dialami ditambah hampir seluruh latar belakang hidupnya. Dapat pula ditentukan berat ringannya disfungsi ereksi, program pengobatan dan prognosa atau kemungkinan tercapainya kesembuhan.

Faktor Psikogen Untuk Mencapai Ereksi Penis yang Normal

Faktor Psikogen Untuk Mencapai Ereksi Penis yang Normal

Stimulasi seksual berasal dari insting dan pikiran yakni keinginan melakukan aktivitas seksual yang timbul sendiri atau adanya fantasi dalam otak. Bisa juga terjadi melalui pancaindera yakni mata, hidung, telinga, kulit yang diteruskan ke otak. Bila stimulasi seksual sesuai dengan keinginan otak dan perasaan, impuls diteruskan ke hipotalamus lalu mengirim impuls tersebut ke organ-organ seks melalui syaraf parasimpatis.

Di dalam otak perlu ada dukungan faktor psikogen. Dibutuhkan pikiran dan perasaan yang menginginkan stimulasi seks tersebut. Bila stimulasi seks tidak disukai atau dilarang oleh pikiran dan perasaan, maka otak tidak mengirim impuls ke hipotalamus dan seterusnya sehingga ereksi tidak terjadi. Begitu juga bila ada gangguan fungsi dalam otak misalnya karena kecemasan, marah, kecewa dan terutama depresi, maka pengiriman impuls ke hipotalamus terganggu. Dalam keadaan depresi, transmisi dari impuls dalam seluruh rangkaian syaraf tidak terjadi sehingga penis tidak eeksi sama sekali. Jadi, hanya bila stimulasi dibolehkan oleh otak dan susunan syaraf yang dilalui bekerja dengan normal, maka impuls untuk ereksi akan terkirim dengan cukup. 

Kadang-kadang, faktor psikogen ini pun bisa bercampur-baur ataupun sering berlawanan. Misalnya seorang pria yang sangat menginginkan koiitus dengan seorang wanita bukan istrinya. Jadi, secara umum keinginan koitusnya besar tetapi timbul perasaan berdosa atau takut penyakit yang terbentuk berupa kecemasan.

Walaupun keinginan kuat tetapi karena terhambat kecemasan dalam diri maka ereksi yang pada mulanya begitu kuat, secara tiba-tiba bisa langsung menurun dan ereksi tidak terjadi. Bisa juga terjadi, misalnya seorang suami yang ingin atau sedang koitus dengan istri. Mereka telah memuulainya dengan balk, ereksi cukup keras lalu melakukan penetrasi dan penis bisa terus ereksi dengan keras selama koitus. Tiba-tiba ia teringat peristiwa istrinya pernah dicurigai melakukan hubungan gelap dengan pria lain maka secara otomatis impuls atau rangsangan akan berhenti dan ereksi akan akan berhenti juga. Demikian banyak faktor psikogen ini bercampur-baur di dalam susunan syaraf manusia sehingga perlu menelitinya secara luas dan tajam.

Foto untuk artikel Anatomy Penis



Anatomy Penis

Penis adalah organ seks utama yang letaknya di antara kedua pangkal paha. Penis mulai dari arcus pubis menonjol ke depan berbentuk bulat panjang. Dari pangkal ke ujung berbentuk cendawan dengan kepala penis seperti kepala cendawan tetapi bagian ujungnya agak meruncing ke depan. 

Kadang-kadang orang menyebut penis berbentuk ular di mana kepala penis menjadi kepala ular atau mirip kepala ikan belut.

Pada saat istirahat, foto penis mengecil dan lembek sehingga kelihatan tergantung tidak berdaya. 

Tetapi pada saat terangsang, penis akan menegang dan keras dan disebut ereksi. Ereksi yang penuh menyebabkan penis berdiri tegak ke depan atau ke atas dengan seluruh permukaan menjadi keras seperti tongkat atau batang yang tidak bisa dibengkokkan. Kondisi ini disebut ereksi penis yang normal dimana ukuran penis yang mengalami ereksi penuh berarti penis tidak bisa dibengkokkan atau ditekuk. 

Panjang penis orang Indonesia waktu lembek dengan mengukur dari pangkal dan ditarik sampai ujung sekitar 9 sampai 12 cm. Sebagian ada yang lebih pendek dan sebagian lagi ada yang lebih panjang. Pada saat ereksi yang penuh, penis akan memanjang dan membesar sehingga menjadi sekitar 10 c m sampai 14 cm. Pada orang barat (caucasian) atau orang Timur Tengah lebih panjang dan lebih besar yakni sekitar 12,2 cm sampai 15,4 cm.

Bagian utama daripada penis adalah bagian erektil atau bagian yang bisa mengecil atau melembek dan bisa membesar sampai keras. Bila dilihat dari penampang horizontal, penis terdiri dari 3 rongga yakni 2 batang korpus kavernosa di kiri dan kanan atas, sedangkan di tengah bawah disebut korpus spongiosa. Kedua korpus kara kavernosa ini diliputi oleh jaringan ikat yang disebut tunica albuginea, satu lapisan jaringan kolagen yang padat dan di luarnya ada jaringan yang kurang padat yang disebut fascia buck.



 

Korpus kavernosa terdiri dari gelembung-gelembung yang disebut sinusoid. Dinding dalam atau endothel sangat berperan untuk bereaksi kimiawi untuk menghasilkan ereksi. Ini diperdarahi oleh arteriol yang disebut arteria helicina. Seluruh sinusoid diliputi otot polos yang disebut trabekel.

Selanjutnya sinusoid berhubungan dengan venula (sistem pembuluh balik) yang mengumpulkan darah menjadi suatu pleksus vena lalu akhirnya mengalirkan darah kembali melalui vena dorsalis profunda dan kembali ke tubuh.

Penis dipersyarafi oleh 2 jenis syaraf yakni syaraf otonom (para simpatis dan simpatis) dan syaraf somatik (motoris dan sensoris). Syaraf-syaraf simpatis dan parasimpatis berasal dari hipotalamus menuju ke penis melalui medulla spinalis (sumsum tulang belakang). Khusus syaraf otonom parasimpatis ke luar dari medulla spinalis (sumsum tulang belakang) pada kolumna vertebralis di S2-4. Sebaliknya syaraf simpatis ke luar dari kolumna vertebralis melalui segmen Th 11 sampai L2 dan akhirnya parasimpatis dan simpatis menyatu menjadi nervus kavernosa. Syaraf ini memasuki penis pada pangkalnya dan mempersyarafi otot- otot polos

Syaraf somatis terutama yang bersifat sensoris yakni yang membawa impuls (rangsang) dari penis misalnya bila mendapatkan stimulasi yaitu rabaan pada badan penis dan kepala penis (glans), membentuk nervus dorsalis penis yang menyatu dengan syaraf-syaraf lain yang membentuk nervus pudendus. 

Syaraf ini juga berlanjut ke kelumna vertebralis (sumsum tulang belakang) melalui kolumna vertebralis S2-4. Stimulasi dari penis atau dari otak secara sendiri atau bersama-sama melalui syaraf-syaraf di atas akan menghasilkan ereksi penis.

Pendarahan untuk penis berasal dari arteri pudenda interna lalu menjadi arteria penis communis yang bercabang 3 yakni 2 cabang ke masing-masing yakni ke korpus kavernosa kiri dan kanan yang kemudian menjadi arteria kavernosa atau arteria penis profundus yang ketiga ialah arteria bulbourethralis untuk korpus spongiosum. Arteria memasuki korpus kavernosa lalu bercabang-cabang menjadi arteriol-arteriol helicina yang bentuknya berkelok-kelok pada saat penis lembek atau tidak ereksi. Pada keadaan ereksi, arteriol-arteriol helicina mengalami relaksasi atau pelebaran pembuluh darah sehingga aliran darah bertambah besar dan cepat kemudian berkumpul di dalam rongga-rongga lakunar atau sinusoid. Rongga sinusoid membesar sehingga terjadilah ereksi.

Sebaliknya darah yang mengalir dari sinusoid ke luar melalui satu pleksus yang terletak di bawah tunica albugenia. Bila sinusoid dan trabekel tadi mengembang karena berkumpulnya darah di seluruh korpus kavernosa, maka vena-vena di sekitarnya menjadi tertekan. Vena-vena di bawah tunica albuginea ini bergabung membentuk vena dorsalis profunda lalu ke luar dari Corpora Cavernosa pada rongga penis ke sistem vena yang besar dan akhirnya kembali ke jantung.

Mengobati Disfungsi Ereksi

Mengobati Disfungsi Ereksi
Ereksi Bisa Terganggu Suatu Waktu

Ereksi penis bisa terganggu. Gangguan bisa berlangsung sementara atau dalam waktu yang cukup lama bahkan bisa seumur hidup bila tidak diobati. Gangguan sementara bisa terjadi karena gangguan ringan seperti terlalu lelah, kurang tidur, stres dan lain-lain. Sesudah tidur atau istirahat, ereksi akan kembali normal. Biasanya masalah ini bisa diatas dengan menggunakan ramuan dan resep-resep tradisional.

Sesudah mengatasi masalah yang menyebabkan stres hilang, ereksi bisa pulih kembali. Demikian juga penyakit-penyakit akut seperti flu, diare, demam dan lain-lain. Keadaan-keadaan seperti itu akan menyebabkan ereksi menurun. Tetapi karena sedang menderita penyakit yang jelas, tidak timbul masalah. Istri pun akan mengerti. Lagi pula saat sakit keinginan seks menurun dan istri pun menerima sehingga tidak menuntut. Sesudah penyakit sembuh, beberapa lama kemudian ereksi pun kembali normal.

Suatu waktu ereksi bisa turun tanpa diketahui penyebab yang jelas. Pada saat melakukan koitus dengan istri, kadang-kadang ereksi bisa keras tetapi saat mau penetrasi lembek kembali. Ada pula yang merasa pada waktu permulaan normal, bisa penetrasi, tetapi di tengah jalan ereksi turun. Dan yang lebih berat lagi ialah pada saat bercumbu pun ereksi tidak mengeras. Pada saat istri memegang penis, penis tetap lembek. Beberapa lama kemudian dicoba lagi, namun ereksi tidak bisa normal.

Jika beberapa kali gagal, sebagian besar pria akan ketakutan. "Aduh, kenapa ini? Apakah ereksi saya bisa kembali normal? Apakah gangguan ini akan berlangsung terus? Bagaimana istri saya? Jangan-jangan nanti tergoda dengan pria lain." Berbagai macam kekhawatiran dan kegelisahan timbul. Dalam keadaan demikian ereksi akan makin lemah. Semangat hidup turun. Hubungan suami istri menjadi dingin dan kadang-kadang sampai terjadi percelccokan suami-istri.

 



 

Di samping itu juga istri akan kecewa. Ada yang sampai marah-marah. Ada pula yang mencurigai suaminya yang jatuh cinta atau selingkuh dengan wanita lain. Menurut pikirannya suaminya sehat-sehat saja, dari dulu ereksi normal, kenapa tiba-tiba tidak mampu lagi. Menurut pikirannya tidak mungkin terjadi tanpa penyebab. Jadi, timbul dalam pikirannya bahwa suami telah menyeleweng. 

Dalam keadaan demikian, maka istri menuduh suaminya tidak mencintainya lagi.
Dalam keadaan ereksi tidak kembali pulih yang berlangsung beberapa lama, ada suami yang menyerah mengizinkan bahkan mendorong istrinya untuk melakukan koitus dengan pria lain agar istri tidak menderita. Suami mengakui kesalahan atau kelemahannya. Artinya perkawinan bahkan rumah tangga bisa hancur karena disfungsi ereksi.

Dalam keadaan seperti di atas ada orang yang cepat bertindak dan berobat kepada ahlinya. Karena cepat berobat gangguan tidak sampai berkepanjangan, dan umumnya ereksi mudah dipulihkan kembali dan hubungan suami istri kembali normal. Namun, sebagian ragu dan ragu-ragu sampai lama tidak mengambil tindakan. Akhirnya disfungsi ereksi berlangsung terus dan suami-istri menderita bahkan bisa bercerai sebagai akibatnya.

Penderita yang lain didorong bahkan dipaksa oleh istri. Ada istri yang mengancam cerai bila suami tidak berobat. Suami terpaksa menurut dan berobat. Bila tindakan ini cepat dilakukan, besar kemungkinan ereksi akan cepat pulih dan kehidupan suami istri akan bahagia kembali.

Ada pula suami yang malu berobat. Justru inilah yang paling banyak. Menurut perasaannya, gangguan seks, kehidupan di kamar tidur tidak pantas dibuka kepada orang lain termasuk kepada dokter. Karena merasa malu, maka penyakitnya dibiarkan terus. Oleh karena itu, ada istri yang meminta cerai sungguh-sungguh dan akhirnya benar-benar bercerai. Ada pula istri yang selingkuh dengan pria lain. Ada yang cekcok terus tidak habis-habisnya. Akibatnya semua kehidupan perkawinan hancur berantakan.
Mengobati Disfungsi Ereksi

Keadaan seperti di atas tidak perlu terjadi dan tidak perlu malu. Hampir semua pria pernah mengalami ereksi yang lemah sehingga gagal koitus. Tidak mungkin selama hidup ereksi normal dan koitus memuaskan. Penyebabnya ialah karena penis tidak mempunyai tulang, penis hanya terdiri dari jaringan dari rongga-rongga yang sifatnya lembek. Hanya bila diisi darah penuh barulah penis besar dan bisa keras. Tetapi bila ereksi gagal beberapa kali, sebaiknya langsung bertindak untuk mendapatkan pengobatan yang tepat sehingga cepat pulih. Jadi, tidak perlu malu karena hampir semua pria pernah mengalaminya.

Dengan menunda pengobatan/konsultasi, maka penyakit disfungsi ereksi makin berat. Sebagian penyebabnya ialah penyakit-penyakit kronik yang tidak kelihatan dari luar, tetapi terus memburuk di dalam tubuh. Sebagian terjadi karena stres yang berat atau konflik suami istri yang serius. Jika dibiarkan, penyakit penyebab di dalam tubuh misalnya diabetes mellitus, penyakit hati dan lain-lain akan makin berat. Konflik suami istri makin parah. Disfungsi ereksi makin sulit disembuhkan dan akhirnya semua kehidupan rusak.

Dalam 10 tahun belakangan ini, pengetahuan tentang fisiologi ereksi, penyebab dan pengobatan disfungsi ereksi sudah diketahui. Hampir tidak ada lagi gangguan disfungsi ereksi yang tidak diketahui prosesnya.

Demikian juga terapi dan pengobatannya sudah mendekati lengkap. Dengan kemajuan tersebut sebenarnya pengobatan disfungsi ereksi yang cepat dilakukan sangat membantu mempercepat penyembuhan. Bila disfungsi ereksi baru berlangsung sekitar 1-3 bulan tanpa penyebab yang berat atau tanpa penyakit penyerta (comorbidities) yang serius, hampir semua gangguan disfungsi ereksi bisa sembuh dalam waktu yang singkat misalnya sekitar 1 bulan. Yang penting segera berobat kepada dokter ahli, penyakit sembuh, hidup kembali normal dan keluarga bahagia. (NL Tobing)

Ereksi Pada Saat Berkencan

Ereksi Pada Saat Berkencan

Banyak pria yang telah berpacaran saat umur mereka mencapai 17 atau 18 tahun. Kadang-kadang, pacaran mereka itu disebut kencan atau date, atau sering juga disebut jalan bareng. Jalan bareng artinya tidak ada ikatan yang resmi dalam hubungan. Istilah anak muda adalah Hubungan Tanpa Status.

Biasanya saat kencan atau jalan bareng itu, pria dan wanita saling berpegangan tangan di jalanan atau nonton bareng di bioskop. Biasanya penis pria bereaksi saat tangan mereka saling berpegangan sampai saling meremas. Saat itu, penis akan ereksi keras sampai kaku dan akan bertahan cukup lama. Sesudah beberapa menit, ereksi akan menurun sedikit, tetapi bila perasaan gairah seksual masih tinggi atau saling sentuh masih terjadi, ereksi penis akan keras kembali. 

Begitulah yang terjadi berulang-ulang. Selama berkencan yang bisa berlangsung singkat atau lebih lama misalnya 2-3 jam, ereksi penis bisa terus terjadi. Ereksi baru akan turun bila kencan sudah selesai, atau terjadi ejakulasi, atau ada yang mengganggu misalnya tiba-tiba ada orang yang melihat, cahaya menjadi terang atau perasaan tiba-tiba terganggu. Bila kencan dilakukan tertutup lalu ada yang mengetok pintu, ereksi akan langsung turun dan penis menjadi lembek.

 



 

Ereksi penis pada saat kencan sangat penting sekali. Pada saat itu. orang akan merasakan gairah sehingga diharapkan penis harus ereksi. Pada jaman sekarang, banyak pasangan muda saat berkencan sudah saling memegang alat kelamin pasangannya. Bila wanita memegang penis laki seharusnya penis akan ereksi keras. Namun, ada juga pria yang merasa takut, gelisah, atau sebenarnya merasa berdosa, sehingga pada saat dipegang pun ereksi yang keras tidak akan terjadi. 

Perasaan takut atau berdosa tadi tidak begitu disadari. Yang disadari betul ialah waktu penis dipegang ereksi tidak terjadi. Ini menjadi gangguan yang berat bagi pria. Wanita pun mengharapkan dan mengetahui pada saat berkencan apalagi penis dipegang maka ereksi penis harus keras. Bila hal itu tidak terjadi maka wanita akan merasa kecewa dan pria umumnya akan merasa malu dan takut. 

Selanjutnya setiap mau kencan akan timbul rasa takut, "Jangan-jangan penis akan tetap lembek". Setiap rasa takut timbul, maka penis tidak akan mungkin lagi ereksi. Paling tinggi agak membesar sedikit lalu lembek kembali. Ini cukup sering terjadi pada orang-orang yang berpacaran. (NL Tobing)

Ereksi Saat Mimpi Seks (Mimpi Basah) Hampir semua pria pernah mengalami mimpi seks atau mimpi basah. Dimulai sejak usia 14 atau 15 ta

Ereksi Saat Mimpi Seks (Mimpi Basah)

Hampir semua pria pernah mengalami mimpi seks atau mimpi basah. Dimulai sejak usia 14 atau 15 tahun sampai umur 50 tahun. Pada saat tidur, pria biasanya bermimpi sedang berciuman, berpelukan dan kemudian berusaha melakukan koitus, dan tiba-tiba mencapai puncaknya dan terjadi ejakulasi yang kemudian terbangun dan merasa celananya basah. 

Frekuensi mimpi seks (wetdream) tidak sama pada setiap orang dan setiap usia. Ada yang satu kali dalam dua hari atau satu kali dalam tiga hari, umumnya paling sedikit satu kali seminggu. 

Pria usia muda sangat sering bermimpi seks. Makin bertambah usia seorang pria makin jarang dia bermimpi seks. Apalagi jika masturbasi cukup sering dilakukan misalnya sekali dalam dua hari, biasanya sehabis melakukan masturbasi malamnya tidak bermimpi seks lagi. Tetapi besoknya kemungkinan besar akan mendapat mimpi seks lagi.

Pada pria yang sudah menikah, mimpi seks bisa terjadi jika dalam 3 hari tidak melakukan hubungan seks. Ada yang mengalami lebih jarang dan ada yang lebih sering. Keadaan itulah tanda yang sehat seksual. 

Didalam mimpi, penis dirasakan ereksi, tetapi seberapa kuat ereksi penis saat mimpi sulit diketahui. Waktu mimpi seks sangat singkat antara bercumbu koitus dalam mimpi. Lagi pula pada waktu bermimpi orang sedang tidur, hanya dalam mimpi terasa ereksi lalu koitus dan ejakulasi. Tetapi berapa kuat ereksinya, tidak pernah benar-benar bisa disadari pada waktu itu. semua pria menikmati mimpi seks karena itu sesuatu kenikmatan yang tinggi dan kadang-kadang sesuatu hiburan bila kebetulan tidak mempunyai pasangan. (NL Tobing)

 

Ereksi Saat Melakukan Onani Atau Masturbasi

Ereksi Saat Melakukan Onani Atau Masturbasi

Sebagian besar pria usia muda pernah melakukan masturbasi. Kegiatan Masturbasi atau onani itu biasa dilakukan saat mandi. Pada saat mandi penis dibersihkan dengan sabun yang licin. Saat menggosok penis biasanya akan timbul perasaan nikmat dan penis menjadi ereksi. Pemandangan melihat penisnya ereksi dan menjadi keras dan besar, ditambah rasa nikmat, menjadi suatu pengalaman yang istimewa bagi remaja muda. 

Rasa ingin tahunya timbul lalu penis itu digosok-gosok kembali dan rasa nikmat akan meningkat dan penis ereksi dengan keras. Bila penis digosok terus, akhirnya cairan sperma (semen) akan menyemprot atau ejakulasi sekaligus dengan terjadinya puncak rasa nikmat. Inilah permulaan masturbasi pada remaja pria.

Karena usia masih muda, perilaku itu terjadi secara alamiah. Tidak disadari bahwa itu termasuk masturbasi atau onani. Karena merasa nikmat, masturbasi diulang lagi. Pada remaja muda yang memiliki banyak waktu sendirian tanpa aktivitas, masturbasi biasanya sering diulang. Sampai satu waktu ada informasi bahwa masturbasi dapat menyebabkan berbagai penyakit misalnya disfungsi ereksi, sulit punya anak ataupun masturbasi adalah dosa, lalu berusaha menyetop masturbasi. 

Tetapi kemampuan menyetop masturbasi hanya berlangsung 2-3 hari. Sesudahnya libido atau nafsu serta ereksi penis timbul kembali dengan sendirinya. Tanpa sadar atau karena nafsu besar ingin mendapatkan nikmat penis disentuh lagi seperti semula sampai ejakulasi.

Bila yakin bahwa perilaku seks tersebut dapat menimbulkan penyakit atau dosa, maka timbul penyesalan kenapa melakukan onani atau masturbasi. Demikianlah yang terjadi berulang-ulang. Bila informasi yang didapat menjelaskan bahwa masturbasi tidak menyebabkan penyakit, dan juga tidak merasa berdosa, besar kemungkinan masturbasi akan terulang kembali. Namun begitu, sebagian pria muda, masih tetap mengulang-ulang masturbasi walaupun ada rasa takut terhadap timbulnya penyakit nantinya, atau perasaan berdosa. Godaan untuk masturbasi dan sesudah melakukannya timbul rasa takut dan dosa, yang berlangsung berulang-ulang akan dapat mengganggu kejiwaan sehingga timbul berbagai gangguan dan salah satunya adalah disfungsi ereksi.(NL Tobing)

Ereksi dengan Stimulasi Psikoseksual

Ereksi dengan Stimulasi Psikoseksual

Pada usia muda, pria sangat sensitif terhadap stimulasi seksual. Melihat penampilan seorang wanita muda yang tampak seksi langsung menimbulkan gairah dalam diri dan membuat penis bergerak-gerak yang menandakan bahwa penis mulai ereksi.

Selama stimulasi seksual itu masuk ke dalam dirinya, ereksi bisa berkembang terus sampai keras lalu bertahan beberapa lama. Kadang-kadang bentuk celana sudah berubah dan kelihatan benjol. Takut penis kelihatan dari luar, maka stimulasi seks itu pun dimatikan dengan berbagai cara misalnya dengan mengalihkan perhatian atau mencubit paha sendiri. 

Pada sebagian orang ereksi seperti ini adalah sesuatu yang menggembirakan dan sangat dinikmati. Sebaliknya bagi beberapa yang lain mengangap keadaan ini melanggar norma, dianggap sebagai dosa sehingga menahan diri dari gairah dan menjauhkan diri dari stimulasi seksual tadi. 

Respons gairah yang diikuti dengan ereksi penis adalah sesuatu yang sangat normal pada pria muda bahkan sampai usia setengah tua atau 50 tahunan. Bila ereksi mulai menurun dan gairah mulai maka akan timbul ketakutan bahwa ereksi benar-benar hilang atau sudah terjadi disfungsi ereksi. 

Sebagian ahli mengatakan bila hal ini terjadi dan penis ereksi, biarkan saja demikian. Sebagian pria langsung mematikan gairahnya karena merasa tidak etis. Sebenarnya sepanjang tidak mengganggu orang lain ataupun diri sendiri, ereksi dapat dibiarkan saja sehingga penis itu lebih mudah ereksi dan tetap sensitif terhadap stimulasi seksual dari luar dirinya.

Gejala Disfungsi Ereksi dan Ereksi Pagi

Gejala Disfungsi Ereksi dan Ereksi Pagi

Pada waktu pagi atau subuh, waktu mau buang air kecil atau malam hari dan waktu tidur, para pria biasa terbangun dengan penis dalam keadaan ereksi. Keadaan ini disebut ereksi malam (nocturnal erection) atau ereksi pagi (morning erection).

Morning erection (ereksi pagi) terjadi sejak mulai bayi. Menurut beberapa peneliti, waktu bayi dikandung pun penis mengalami ereksi di pagi hari. Pada umumnya ereksi pagi dialami pada saat mau bangun pagi dan akan buang air kecil. Sampai sekarang mekanisme ereksi pagi ini masih belum diteliti secara benar. Sebagian peneliti mengatakan ereksi timbul karena adanya tekanan air seni ke pembuluh darah balik (vena) sehingga darah sulit kembali ke badan. Sebagian lagi mengatakan pada waktu pagi, hormon testosteron akan meningkat. Peningkatan hormon inilah yang menyebabkan ereksi. 

Pada waktu yang sama terkadang timbul mimpi sekaligus dengan ereksi. Bermimpi melakukan kontak seksual yang singkat sampai terjadi ejakulasi. Jadi, menurut teori pada waktu pagi konsentrasi testosteron akan meninggi sehingga akan mudah terjadi mimpi seks dan ereksi pagi. Sesudah buang air kecil, ereksi penis umumnya akan menurun pelan-pelan dengan sendirinya.

Pada pria muda, ereksi pagi cukup sering terjadi. Sebagian pria mengatakan mengalami ereksi hampir setiap pagi. Ada yang mengatakan sekitar 1 kali dalam 2 hari. Kualitas ereksi penis biasanya bervariasi, ada yang hanya membesar dan ada juga yang sampai bisa kaku. 

 



 

Sesudah terbangun dengan ereksi penis yang keras, sebagian pria akan langsung pergi ke kamar mandi buang air kecil dan kemudian ereksinya menghilang. Tetapi ada juga sebagian pria yang mempermainkannya dengan memegang-megang penis sehingga memberikan kenikmatan seksual, lalu penis ereksi terus dan semakin keras. Sebagian kecil bahkan meneruskan dengan melakukan masturbasi sampai ejakulasi. Yang lain membiarkannya saja tanpa dipegang sampai penis lemas sendiri.

Pada pria yang sudah menikah, kadang-kadang ereksi dipertahankan terus, bahkan ada yang meneruskannya dengan percumbuan dengan istri. Bila istri menyambut, percumbuan bisa diteruskan sampai koitus. Tetapi sebagian istri tidak suka koitus pagi hari. Wanita merasa tidak tenang karena perhatiannya sudah tertuju pada persiapan aktivitas pagi terutama mengurus anak yang akan pergi ke sekolah. 

Pada pria yang telah mengalami disfungsi ereksi, ereksi di pagi hari bisa atau sedikit jarang terjadi. Makin berat keadaan disfungsi ereksi, ereksi pagi akan semakin berkurang bahkan hilang sama sekali. 

Biasa mengalami ereksi pagi 1 kali dalam 2 hari atau 1 kali dalam 3 hari, tetapi belakangan tidak terjadi lagi. Sejalan dengan itu ereksi pada saat koitus pun juga menurun sehingga koitus tidak bisa berlangsung atau tidak bisa selesai dengan baik. 

Bila ereksi pagi menurun dan ereksi untuk koitus juga melemah yang menyebabkan koitus gagal, maka biasanya timbul perasaan khawatir atau timbul pertanyaan dalam otaknya, "Apa yang terjadi mengenai seks saya? Apakah masih bisa disembuhkan? Bagaimana nanti istri saya?. Ketakutan yang berlarut-larut akan membuat ereksi makin menurun dan penis sama sekali tidak bisa ereksi lagi. Bahkan membesar pun tidak bisa lagi. Penis akan berkerut dan terus lembek. (NL Tobing)

CIRI-CIRI EREKSI PENIS YANG NORMAL

CIRI-CIRI EREKSI PENIS YANG NORMAL

Salah satu cara mengetahui gejala dari disfungsi ereksi adalah dengan mengukur tingkat ereksi penis. Ereksi penis yang normal adalah keadaan di mana penis membesar lalu mengeras. Seberapa keras ereksi tersebut jarang diperhatikan. Tetapi jika ereksi terganggu atau terjadi disfungsi ereksi, maka ukuran ereksi menjadi sangat penting artinya. 

Adapun tanda-tanda dari ereksi yang normal, penuh dan keras adalah sebagai berikut :

Bila penis dipegang atau dipencet akan terasa keras,

Penis tidak bisa ditekuk karena kaku sehingga sering disebut kayu,

Bila digoyang, penis akan bergoyang dan bergetar lalu kembali pada posisi semula.

Keadaan tadi terjadi sejak seorang anak laki-laki lahir sampai usia lanjut. Pada waktu masa bayi dan anak, ereksi terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau disadari oleh si anak sendiri. 

Sesudah melalui masa pubertas umumnya ereksi akan terjadi karena adanya stimulasi seksual dari dalam diri sendiri atau dari luar dirinya. Stimulasi dari dalam diri terjadi karena ada pikiran atau fantasi mengenai seks lalu penis menjadi ereksi. Stimulasi dari luar terjadi karena adanya stimulan seksual yang diminati yang diterima melalui pancaindera dan dapat membangkitkan gairah seksual. 

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penis menjadi ereksi. Secara normal penis akan membesar dan mengeras pada keadaan-keadaan tertentu seperti ereksi yang terjadi pada malam atau pagi hari, ereksi yang muncul karena adanya ransangan yang bersifat stimulasi psikoseksual dan stimulasi fisik seperti saat melakukan onani atau masturbasi, ereksi saat kencan dengan pasangan atau saat terjadi aktifitas seksual, dan ereksi saat membaca atau menonton. 

Berbagai keadaan di atas adalah keadaan ereksi normal mulai dari bayi sampai dewasa. Sesudah remaja sampai dewasa bahkan sampai tua ereksi penis menjadi sangat penting. Dengan ereksi yang keras, setiap pria menjadi yakin diri dan senang akan dirinya karena merasa fungsi seksnya normal. Bagi yang sudah menikah, dapat menikmati koitus dengan istri. Istri juga senang dan bangga akan suami. Jadilah suami dan istri yang bersemangat, senang dan bahagia.(NL Tobing)

Treatment options

There are many options available for treating erectile dysfunction and premature ejaculation. Always make the decision with proper medical help. 

The doctors at Surabaya Men’s Clinic are highly trained and offer a range of treatments and support counselling. Privacy and discretion are assured and patients are made to feel entirely at ease. 

In fact, every patient is afforded the privacy of his own waiting room. A complete individual assessment is performed and a full clinical diagnosis made, before a course of treatment is recommended. 

You may contact the clinic directly, or may be referred by your doctor. 
Treating Erectile Dysfunction

Treating Premature Ejaculation

Treating Erectile Dysfunction


How is ED Treated? 
Many treatment options are available, depending upon the cause of ED. With psychologically induced erection problems, a psychologist or counsellor may be recommended. Counselling is particularly successful when both partners participate openly. Counsellors may recommend special exercises which emphasise tenderness and enjoyment rather than performance. Sometimes, stress reduction exercises are required. 

Erectile difficulties caused by hormone problems may be treated with medication. If ED is a side effect of medication, an alternative drug may be prescribed. Never reduce or change any medication without the permission of your physician. In diabetic men, diet, medication and exercise are essential, as poor blood sugar control may increase the severity of the erectile dysfunction. 

ED due to permanent damage of the blood vessels or nerves can also be treated. Options include vacuum devices, injection therapy, oral medication, vascular surgery or penile implants. 
A vacuum device involves placing a hollow tube over the penis and inducing an erection with a vacuum pump. The erection is maintained by placing a band at the base of the penis.
Self-injection therapy involves inserting erection causing medication into the penis with a very fine needle and syringe. The medication is easily and painlessly self-injected before sex, creating a firm and sustained erection. Restoration of normal erections can often follow. This treatment is chosen most by patients because of its high success rate. 
Oral medication has been developed which is effective in treating many men. After an examination, the physician will advise the patient as to whether he should pursue this option. 
Vascular surgery involves tying off leaking or damaged blood vessels in the penis or increasing the blood supply to the penis that has an arterial deficiency. 
Penis implants involve surgically placing a semi rigid or inflatable rod in the shaft of the penis.
A urethral suppository involves gently inserting a tiny medicated pellet into the urethra (the normal pathway for urine). The medication dissolves into the penile tissue causing an erection.

Treating Premature Ejaculation


How is Premature Ejaculation Treated? 
The main concern in PE is the loss of control. Treatment is aimed at helping the man maintain his erection, improve his confidence and control his ejaculation. When he is able to focus on the enjoyment of sex and not on the anxiety of premature ejaculation, the sexual experience will be more fulfilling and he will be better able to satisfy his partner.
Oral medications are often used to delay ejaculation. Physicians who are experienced in sexual medicine may prescribe low-dose antidepressants off-label, since this class of medications is known to safely and often effectively delay ejaculatory response. Other less experienced doctors may avoid prescribing antidepressants for PE since it has not been specifically approved for that purpose. Oral medication may not be appropriate for everyone and certain medications in this category are more favorable than others. It is therefore very important to seek the help of a physician who has experience treating PE since the experienced doctor is more likely to understand and potentially prescribe these treatment options, and will be more likely to offer other treatment options when oral medication isn’t suitable. Important studies are currently underway which may lead to the approval of the first oral pill specifically indicated for the treatment of PE. It is believed that the investigational drugs currently being studied are even more suitable for the treatment of PE than other oral medications currently being used.
To reduce over-sensitivity, topical creams that mildly numb the penis can be prescribed. When used properly, this can help the man to delay his ejaculation. If used improperly, these creams may also numb the partner, thus decreasing the partner's sensation. Thus, it is important to receive instructions from an experienced professional on how to correctly use these creams before trying it on your own.
Sexual Counselling is incorporated in the treatment of PE. Counselling may include the teaching of behavioural methods (special penile exercises), which are taught in the clinic, but practised at home. These techniques can help “train” the body to control ejaculation and prolong the lovemaking experience. For a man who does not want to use any medication, these techniques could be used on their own, however for better results, a combination of pharmacotherapy and behaviour methods should be used. Sometimes psychotherapy or other types of talk-therapy may be required to explore deep-seated anxieties of sexual relationships. 
Self-injection therapy can also be used in the treatment of premature ejaculation, often in combination with other options such as behavioural methods and sexual counselling. This therapy ensures a prolonged erection, regardless of whether the man ejaculates or not, thus providing a sense of control. Sexual tension diminishes as the pressure to perform is no longer "in the way." Men develop improved self-esteem and confidence while the need to use medication is reduced and eventually eliminated. For some men treatment may take a few weeks, and for others it may take a few months. Success rates are very good.



Premature ejaculation

What is Premature Ejaculation? 
Premature ejaculation is one of the most common forms of sexual dysfunction in men. It is thought to affect up to 29% of men. Both the term “premature ejaculation” (PE) and the term “rapid ejaculation” (RE) are used to describe this condition. The definition of PE is most accurately described as “the persistent or recurrent onset of orgasm and ejaculation with minimal sexual stimulation before, on, or shortly after penetration and before the person wishes it”. To be classified as PE, the condition must cause marked distress or interpersonal difficulty. There is no clear time limit associated with PE. Most simply put, if you ejaculate too quickly (more quickly than you would like) and if this condition bothers or upsets you, it is likely that you have PE. With professional help, there are ways to correct this problem. 

What Causes Premature Ejaculation? 
In some instances, PE can be a side effect of erectile dysfunction. In other words, the anxiety associated with not being able to maintain an erection can often lead to a habit of early ejaculation. However, when a man is able to have normal erections, premature ejaculation may be caused by physical and/or psychological problems. 
Throughout the world, attempts to better understand the physical causes of PE are underway. The physical problem associated with premature ejaculation can be simply described as “over-sensitivity” of the penis. In these cases, the man responds far more rapidly to normal sensations, resulting in rapid ejaculation, much sooner than he expected.
Psychological causes of PE are often associated with "performance anxiety" - anxiety relating to sexual intercourse. The man focuses only on the process of ejaculation, and not on the enjoyment of sexual intercourse, leading to increased tension and usually premature ejaculation. Men may actually avoid sex because they fear not satisfying their partner. This can cause further difficulties in the relationship or make it difficult for him to find a partner. Performance anxiety may also lead to erectile dysfunction as the fear and stress associated with sexual intercourse makes achieving and maintaining an erection much more difficult.

Erectil Dysfunction

What is ED? 
Erectile dysfunction (ED), or impotence, means a man is not able to obtain or maintain an erection firm enough for successful sexual intercourse. Overall, between 10% and 30% of men of all ages will suffer from ED on a recurring or ongoing basis. Most men will experience the problem at some stage in their lives, with the incidence of ED increasing with age. 

What Causes ED? 
There are two categories of ED: physical ED and psychological ED. 
Physical ED may result from damage or deterioration to nerves or blood vessels of the penis. It may also be caused by problems with hormones like Testosterone. Many drugs, and alcohol, can cause ED as a side effect. Smoking can also damage the arteries in the body and cause ED. Nerves damaged by spinal cord injuries, multiple sclerosis, or surgery can give rise to erection difficulties.
Psychological (or emotional) ED arises from fear, stress, worry, anger or frustration. It may also develop from "performance anxiety" (a man's fear that he won't perform well during sexual intercourse), or from the embarrassment of premature ejaculation.

Can Erectile Dysfunction be Prevented? 
In some cases, yes. Reducing stress, or sharing concerns with your partner or doctor can help psychological ED. Physical impotence can be avoided by following a prudent diet and lifestyle that includes cutting back on alcohol and smoking. Diabetics must control their blood sugar levels with normal ranges. 

How is ED Diagnosed? 
On taking the patient's history, the physician may ask how the erection difficulties developed. Generally, physical ED develops over months or years, starting with a gradual loss of firmness in the erection. Over time, it takes longer to have an erection and is more difficult to maintain one. The physician conducts a thorough examination and may select tests to differentiate between physical and psychological ED. 

Is an Impotent Man Infertile? 
No! An infertile man does not produce enough effective sperm to conceive a child. A man who had erectile dysfunction (or impotence) can be perfectly fertile, so being impotent does not mean a man can not have children. Often erectile dysfunction is easier to treat than infertility.

What is Erectile Dysfunction?

What is Erectile Dysfunction?


Erectile dysfunction (ED) refers to problems with achieving and maintaining an erection for satisfactory sexual intercourse (sometimes called impotence). “Ejaculating too quickly” (often called premature ejaculation or rapid ejaculation) is another common sexual difficulty that men face. These conditions are separate, but can occur together. 

Of all the conditions men face, sexual difficulties are the most personal. ED is extremely common, afflicting an estimated 30 million North American men. This does not mean that erectile dysfunction is inevitable or permanent, and today, there are many modern treatments available. No matter how long a man has been experiencing these problems, he can be treated successfully. 
 

KLINIK PARA LELAKI

An Information Guide For Men with Erectile Dysfunction 
 
Professional medical doctors focusing specifically on men's health.

erectile dysfunction

premature ejaculation 

low sex drive

no-scalpel vasectomy


Welcome to Klinik para Lelaki. We have been successfully treating thousands of men in Indonesia since 1993! Our professional team of caring, knowledgeable doctors , focus on some of the most sensitive issues facing men - issues that are often neglected or pushed to the bottom of the priority list in today's health care system. At Klinik Lelaki, these issues are our priority. We are here to help men overcome problems with sexual performance and to provide gentle, easy no-scalpel vasectomies - a permanent solution for birth control. 

In addition to educating men about no-scalpel vasectomy procedures, this web site will also provide men with a better understanding of erectile dysfunction and premature ejaculation, why these problems occur, and what treatment options are now available. No matter how long a man has been suffering from erectile dysfunction, premature ejaculation or low sex drive, these concerns can be successfully